Teroris itu Memang Ada meski memakai
kedok Islam. Jika mereka melakukan bom bunuh diri yang membunuh tentara
Israel yang zalim di Israel, boleh lah kita sebut sebagai Mujahidin /
Pejuang Islam. Tapi kalau cuma melakukan bom bunuh diri yang menewaskan
orang-orang tidak bersalah, apa pantas disebut Mujahidin? Kalau cuma
menembaki polisi-polisi atau Densus 88 yang mayoritasnya masih Muslim,
apa pantas digelari sebagai Syuhada jika mereka tewas?
Mungkin polisi / Densus 88 punya banyak
kesalahan. Tapi para teroris yang melakukan berbagai bom bunuh diri yang
di antaranya menghancurkan musholla di kantor polisi dan menewaskan
sebagian polisi juga salah. Mereka adalah teroris. Bukan Mujahidin.
Mujahidin itu membunuh orang-orang kafir
yang zalim dalam rangka membela kaum yang lemah dan tidak berdosa.
Misalnya melawan tentara Israel demi membela rakyat Palestina atau
mengusir tentara AS dari Afghanistan dan Iraq.
Tapi jika cuma membunuh/memerangi
polisi-polisi/tentara di negara-negara yang mayoritasnya Islam seperti
di Pakistan, Afghanistan, Iraq, Libya, Suriah, dan sekarang Indonesia,
mereka cuma tangan Zionis Yahudi guna membuat kekacauan di negara2 yang
mayoritas penduduknya adalah Islam seperti di Indonesia. Sehingga
Indonesia jadi lemah dan tak berdaya di hadapan zionis AS dan Israel.
Kalau Syuhada di Palestina saya percaya.
Karena mereka mati syahid melawan tentara Israel yang jelas kafir dan
zalim. Kalau “SYUHADA CIPUTAT”, melawan siapa? Melawan polisi Indonesia
yang mayoritas Muslim?
Jika tidak melawan sehingga 1 polisi luka
tertembak, tentulah mereka bisa ditangkap hidup-hidup. Aneh sekali jika
mereka menyebut polisi yang meminta penduduk sekitar untuk mengungsi
sebagai satu keanehan. Polisi justru ingin menyelamatkan nyawa
orang-orang yang tidak berdosa. Sebab jika terjadi baku tembak yang
ternyata berlangsung 10 jam lebih, warga tidak berdosa ini bisa tewas
jadi korban. Nah yang aneh polisi atau “pengamat amatiran” yang menyebut
itu aneh?
Lihat bagaimana para teroris mendidik
anak-anak jadi teroris dan tentara meski mereka masih kecil. Polisi
harusnya memvideokan dan memotret orang-orang yang mendukung teroris
serta mengidentifikasi mereka. Jadi jaringan teroris bisa dibongkar.
Bayi yang tidak tahu apa-apa sudah diberi senjata.
Anak perempuan ini harusnya ditaruh di
tempat yang aman. Oleh teroris justru diberikan senapan dan granat
betulan yang bisa meledak sewaktu-waktu.
Jika teroris dibiarkan berkembang-biak, bayangkan jika Indonesia,
termasuk rumah kita jadi medan perang dan hancur karena granat atau
roket. Di Suriah 9 juta dari 22 juta penduduknya rumahnya hancur karena
perang. Apa Indonesia mau seperti itu?Jadi Ormas “Islam” yang mengajarkan terorisme harus diawasi. Pemerintah harusnya bekerjasama dengan Ormas Islam seperti NU, Muhammadiyyah, dan MUI guna mengawasi teroris yang berkedok Islam ini.
0 komentar:
Posting Komentar